Translate

Jumat, 15 Juli 2011

Soeharto sebagai Pahlawan dan Guru Bangsa

(detik.com 11 November 2008)


Kalo ada kesalahan mengaku manusia, tapi walau manusia juga harus belajar dan bertanggung jawab dari kesalahan nya. Selanjutnya tentang iklan ini tampak nya pembuatnya seolah tidak mempunyai ideologi, di era reformasi saat ini yang tidak akan terjadi atas kejatuhan soeharto tiba2 ada partai yang ‘membonceng’ namanya. Padahal partai itu tidak ada keterkaitan historis sama sekali, bisa di bilang ada partai yang lebih layak ‘membonceng’ nama soeharto.
Terlihat seolah2 dari iklan ini dengan ‘membonceng’ nama tokoh2, yang tidak berkaitan secara historis dengan partai bahkan mungkin bertentangan bertujuan untuk memperoleh suara sebanyak2nya dengan menedepankan ‘kami’ pendukung semua loh….padahal blom tentu seperti itu adanya.
Di mata saya iklan itu telihat seperti menghalalkan segala cara untuk mencapai suara, tidak ada visi dan misi serta cita2 luhur yang disampaikan.
Apakah partai ini sudah seperti itu ? tidak ada lagi ideologi, visi, dan misi ketika tumbuh pertama kali, semoga saja tidak, tapi kita lihat saja nanti sepak terjang dan iklan2 lainnya.

Presiden Soeharta memang berjasa pada bangsa ini, tetapi tidak serta merta kita jadikan pahlawan dan guru bangsa begitu saja. Karena jasa2 belia ternyata tidak semua murni dari usahanya sendiri bahkan lebih cenderung mengorbankan bangsa sendiri. Kita boleh bilang lebih sejahtera saat jaman soeharto, tapi itu di topang oleh hutang luar negeri yang hanya di nikmati segelintir orang saja. Begitu kena krisis terbukalah boroknya dan tercium baunya. Seandainya saat ini terjadi krisis seperti 98 dengan hutang yg lebih dari APBN itu, pasti kita kekayaan alam punya anak, cucu bangsa ini di jual habis, seperti perusahan2 negara yang di jual itu. Kalo saya sih lebih setuju Pejabat2 pembuat ulah itu yang di jual, sayangnya nga laku.
Coba kita ambil perumpamaan saja, seorang ayah yang mampu mensejahterakan keluarganya tapi dari hutang, begitu hutang jatuh tempo atau yang memberi hutang pailit kaya perusahaan raksasa amerika dan meminta semua uangnya. Gimana ?
Jual barang2 (perusahan2), masih kurang rumahnya di jual. Ya kalo rumah kalo tanah air masa mo di jual. Akirnya sang ayah berkorban bekerja untuk membayar hutang2nya. Kalo Presiden kita suruh kerja aja di luar negeri mo nga ya?, mungkin orang luar nya yang nga mau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar