Seorang sahabat Rasulullah saw bernama Mu’adz bin Jabal adalah sahabat yang banyak tahu mengetahui hadist Nabi saw. Pada suatu ketika seorang sahabat bernama Khalid bin Ma’dan meminta kepadanya mengenai hadist Nabi yang ia tahu. Bagi Mu’ adz dalam dadanya banyak hadist yang dihafalnya, dan selalu ia ceritakan kepada para sahabatnya bila mereka duduk bercakap-cakap mengenai islam.
Dalam tulisan ini, kita akan menceritakan mengenai suatu kisah yang menarik yang berhubungan dengan amalan seoran insan. Ternyata, amalan yang kita lakukan selama di dunia ini kalau tidak karena Allah, tetapi karena hal yang lain, seperti ingin terkenal, ingin di puji orang lain dan sebagainya, semua amalannya akan dilemparkan kembali ke muka orangnya.
Dalam riwayat ini disebutkan bahwa Ibnu Mubarok menceritakan bahwa Khalid bin Ma’dan berkata kapada Mu’adz, “Ceritakanlah kepadaku suatu hadist Rasulullah saw yang engkau hafal dan engkau anggap paling berkesan”. Jawab Mu’adz : “ Baiklah akan kuceritakan “. Sebelum Mu’adz bercerita kisah tersebut, beliau menangis tersedu-sedu, kemudian ia berkata, “Rindu sekali aku dengan Rasulullah, rasa-rasanya ingin segera bertemu”.
Kemudian Mu’adz pun bercerita, “Tatkala aku menghadap Rasulullah, baginda menunggang unta dan menyuruh aku naik ke belakangnya. Kemudian berangkatlah kami dengan berkendaraan unta itu. Baginda menengadah ke langir dan bersabda : “Puji syukur kehadirat Allah yang berkehendak kapada makhluk-Nya, ya Mu’adz !’. Jawabku, “Ya, sayidina Mursalin”.
Kata baginda selanjutnya : “Sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu. Apabila engkau menghafalnya, ia sangat berguna bagimu. Tetapi jika kau anggap remeh, maka kelak dihadapan Allah engkau tidak mempunyai hujjah. Hai Mu’adz ! Sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah telah menciptakan tujuh malaikat. Pada setiap langit terdapat seorang malaikat penjaga pintu, dan setiap pintu langit dijaga oleh seorang malaikat, menurut derajat pintu dan keagungannya. Dengan demikian, malaikatlah yang memelihara amal seorang hamba, kemudian pencatat membawa amalan hamba ke langit dengan cahaya bak matahari.
Sesampainya pada langit tingkat pertama, malaikat Hafadzah memuji-muji amalan itu. Tetapi setibanya tiba di pintu langit pertama, malaikat penjaga pintu berkata kepada Malaikat Hafadzah : ‘Tamparkan amalan ini ke muka pemiliknya. Aku adalah penjaga orang-orang yang sukamengumpat. Untuk mencapai ke langit berikutnya aku tidak mengizinkan ia melewatiku’.
Ke esokan harinya, kembali malaikat hafadzah naik ke langit membawa amal soleh yang berkilau, yang menurut nya sangat banyak dan terpuji. Sesampainya di langit kedua, penjaga pintu ke dua berkata, ‘Berhenti, dan tamparkan amalan itu ke muka pemiliknya. Sebab ia beramal denganmengharap dunia. Allah memerintahkan aku agar amalan ini tidak sampai ke langit berikutnya’. Maka para malaikat melaknat orang itu.
Hari berikutnya, kembali malaikat hafadzah naik ke langit membawa amalan serang hamba yang sangat memuaskan, penuh sedekah, puasa, dan berbagai kebaikan, yang oleh malaikat Hafadzah dianggap sangat mulia dan terpuji. Sesampainya di langit ketiga malaikat penjaga berkata : ‘Berhenti ! tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Aku malaikat penjaga kibr (orang sombong). Allah memerintahku agar amalan semacam ini tidak melalaui pintuku dan sampai pada langit berikutnya. Ini karena salahnya sendiri , ia takabur di dalam majelis’.
Singkatnya, malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amalan hamba lainnya. Amalan ini bersifat bak bintang gejora, mengeluarkan suara gemuruh, penuh tasbih, puasa, shalat, ibadah haji, dan umroh. Sesampainya pada langit ke empat, malaikat penjaga langit berkata, ‘Berhenti ! lemparkan amalan itu ke wajah pemiliknya. Aku adaalah malaikat penjaga‘ujub. Allah memerintahkan aku agar amalan ini tidak melaluiku. Sebab amalnya selalu disertai ‘ujub (ingin di dengar orang)’.
Kembali malaikar Hafadzah naik ke langit membawa amalan hamba yang lain. Amalan ini sangat baik dan mulia, berupa jihad, ibadah haji, ibadah umroh, sehingga berkilauan bak matahari. Sesampainya pada langit kelima, malaikat penjaga mengatakan : ‘Aku malaikat penjaga sifat hasut. Meskipun amalannya bagus, tetapi ia suka hasut kepada orang lain yang mendapat nikmat Allah swt. Aku diperintahkan Allah agar amalan semacam ini tidak melalui pintuku’.
Lagi, malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amalan seorang hamba. Ia membawa amalan berupa wudhu yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, haji dan umrah. Sesampainya dilangit ke enam malaikat penjaga berkata : ‘Aku malaikat penjaga rahmat. Amal yang kelihatan bagus ini tamparkan ke muka pemiliknya. Selama hidup ia tidak pernah mengasihani orang lain, bahkan kalau ada orang yang ditimpa musibah, ia merasa senang. Aku diperintahkan Allah agar amal ini tidak melalui ku, dan agar tidak sampai ke langit berikutnya’.
Kembali malaikat hafadzah naik ke langit. Dan kali ini sampai di langit ke tujuh. Ia membawa amalan yang tak kalah baik dari yang lalu, seperti sedekah, puasa, shalat, jihad, dan wara. Suaranyapun menggeledek bagaikan petir menyambar-nyambar, cahayanya bak kilat. Tetapi pada langit ketujuh malaikat penjaga berkata : ‘Aku malaikat penjaga sum’ah (sifat ingin terkenal). Sesungguhnya pemilik amal ini menginginkan ketenaran dalam setiap perkumpulan, menginginkan derajat yang tinggi di kala berkumpul dengan kawan sebayanya, ingin mendapatkan pengaruh dari para pemimpin. Aku diperintahkan Allah agar amal ini tidak melaluiku dan sampai kepada yang lain. Sebab ibadah yang tidak karena Allah adalah riya, Allah tidak menerima ibadah orang-orang riya’.
Kemudian malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal ibadah seorang hamba berupa shalat, puasa, haji, umroh, ahklak mulia, pendiam, suka berdzikir kepada Allah. Dengan di iringi malaikat-malaikat, malaikat Hafadzah sampai pada langit ke tujuh hingga menembus hijab-hijab dan sampailah di hadapan Allah. Para malaikat amal ibadah itu shahih dan di iklaskan karena Allah.Kemudian Allah berfirman :’Hai Hafadzah, malaikat pencatat amal hamba-Ku. Akulah yang mengetahui isi hatinya. Ia beramal bukan untuk Aku, tetapi diperuntukkan bagi selain Aku, bukan di niatkan dan di iklaskan untuk-Ku. Aku lebih mengetahui dari pada kalian. Aku laknat mereka yang telah menipu orang lain dan menipu kalian (para malaikat hafadzah). Tetapi Aku tidak tertipu olehnya. Akulah Yang Maha Mengetahui hal-hal ghaib.Aku mengetahui segala isi hatinya, dan yang samar tidak lah samar bagi-Ku. Setiap yang tersembunyi tidaklah tersembunyi bagi-Ku. Pengetahuan-Ku atas segala yang terjadi sama dengan pengetahuan-Ku atas sesuatu yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku atas orang-orang terdahulu sama dengan pengetahuan-Ku atas orang-orang kemudian. Aku lebih mengetahui atas segala sesuatu yang samar dan rahasia. Bagaimana mungkin hamba-Ku bisa menipu dengan amalnya. Mereka bisa menipu sesama mahkluk, tetapi Aku Yang Maha Mengetahui hal-hal yang gaib. Aku tetap melaknat-Nya’.
Tujuh malaikat diantara tiga ribu malaikat berkata, ‘Ya Tuhan dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami atas mereka’. Kemudian semua yang berada di langit mengucapkan, ‘Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknatnya orang-orang yang melaknat’.”.
Mu’adz (yang meriwayatkan hadis ini) kemudian menangis tersedu-sedu, selanjutnya berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa selamat dari semua yang kau ceritakan itu ?”. Rasulullah saw menjawab, “Hai Mu’adz, ikutilah nabi mu dalam masalah keyakinan”. Aku (Mu’adz) bertanya, “Engkau adalah Rasulullah, sedangkan aku hanyalah Mu’adz bin Jabal.
Bagaimana aku bisa selamat dan lepas dari bahaya tersebut ?”. Berkata Rasulullah : “Memang bila ada kelengahan dalam amal ibadah mu. Maka jagalah mulutmu jangan sampai mencela orang lain, terutama kepada ulama. Ingatlah diri sendiri tatkala hendak mencela orang lain, sehingga sadar bahwa dirimu pun penuh aib. Janganlah menutupi kekurangan dan kesalahanmu dengan mencela orang lain. Janganlah melibatkan diri dengan menekan dan menjatuhkan orang lain. Jangan riya dalam beramal, dan jangan mementingkan dunia dengan mengabaikan akherat. Jangan bersikap kasar di dalam majelis agar orang takut dengan keburukan ahklakmu. Jangan suka mengungkit-ungkit kebaikan, dan jangan menghancurkan pribadi orang lain, kelak engkau akan di koyakkan dan dihancurkan oleh anjing jahanam’. Tanyaku selanjutnya, “Ya Rasulullah, siapa yang bakal kuat menanggung penderitaan berat itu?”. Jawab Rasulullah saw, “Mu’adz, yang aku ceritakan tadi akan mudah bagi mereka yang di mudahkan Allah.Engkau harus mencintai orang lain sebagaimana engkau menyayangi diri mu sendiri. Dan bencilah terhadap apa yang engkau benci. Jika demikian engkau akan selamat”.
Khalid bin Ma’dan meriwayatkan bahwa saidina Mu’adz sering membaca hadist ini seperti seringnya membaca Al-Qur’an dan mempelajari Al-Qur’an di dalam majelis. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan perlindungan. Mudah-mudahan kita termasuk orang yang iklas dalam ibadah dan tidak termasuk orang yang celaka. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar