Saya pernah membaca dalam sebuah portal islam di internet, mengenai seorang mualaf (orang yang baru masuk islam) bertanya mengenai apa sebaiknya yang di ketahui, di pelajari sebagai orang yang baru masuk islam?. Di dalam portal tersebut di jawab bahwa sebelum masuk islam seseorang harus terlebih dahulu mengetahui tentang islam, baik belajar dari pengajian atau dari sekolah atau universitas islam. Singkat kata di ujung jawaban portal tersebut menyarankan mualaf tersebut untuk belajar islam terlebih dahulu, lebih baik lagi dari perguruan tinggi. Dengan argumentasi orang2 yg memeluk islam, khususnya pada jaman Rasulullah saw sudah paham dan mengetahui ajaran islam kemudian baru memeluk islam.
Saya bukan tidak sependapat tentang hal tersebut, menurut saya orang yang telah tertarik, ingin memeluk islam, apalagi sudah menjadi mualaf pasti sudah mendapat informasi tentang islam, walaupun mungkin belum belajar mendalam mengenai islam. Jadi dengan mendapat informasi tentang islam yg sedikit itu, Allah SWT menurunkan hidayah-Nya, dan menggerakan hati orang tsb untuk memeluk islam. Mungkin hidayah tsb turun karena senang mendengar adzan, merasa terharu mendengar bacaan Al-Quran, melihat orang berhaji, mendengar ceramah dari pengajian, dan lain sebagainya. Dan Allah swt dapat dengan cara apa saja, yang di kehendaki-Nya untuk menurunkan hidayah. Mungkin bagi kita sudah mentok, tidak mungkin, sudah dengan dakwah lembut, dakwah keras, dengan segala daya dan upaya tapi orang/kaum tersebut tidak mau memeluk islam. Tetapi jika Allah berkehendak menurunkan hidayah-Nya, entah dengan cara apa saja tiba2 orang/kaum tersebut tergerak hatinya untuk memeluk islam. Terkadang yang lebih mengherankan lagi mualaf tersebut(walau tidak semuanya) lebih rajin belajar tentang islam, lebih rajin ibadahnya, bahkan lebih rajin dakwahnya. Itulah kehebatan hidayah Allah swt yg mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yg terang benderang.
Saya teringat teman saya bercerita ada seorang yg ingin masuk islam tetapi masih ada ganjalan di hatinya, setelah di tanya apa yg mengganjal di hatinya dia ingin melihat Allah secara langsung. Tentu saja pendakwahnya bingung, nabi Musa as saja tidak bisa melihat Allah secara langsung malah gunung yang hancur, mungkin hanya alasan yg mengada-ada, blom dapet hidayah kali nih orang. Tetapi pendakwah itu memperhatikan orang tersebut serius sekali dengan pertanyaannya, kemudian pendakwah itu bertanya “apakah anda sudah melihat semua mahkluk ciptaan Allah?, yg di darat saja yg seharusnya mungkin kita lihat.” Saya rasa belum jawabnya, “Kalo begitu kenapa anda ingin melihat Allah, padahal mahkluk2 ciptaan Allah di darat saja anda belum pernah melihatnya semuanya, apalagi di air, di udara, belum lagi mahkluk2 goib. Tidak mungkin bagi kita melihat Allah swt sedangkan kita tidak dapat melihat semua mahkluk2 ciptaan-Nya”. Akhirnya dengan argumentasi tersebut orang itu mau memeluk islam. Beruntung sekali orang2 yang mendapat hidayah Allah dengan cara apapun, sehingga mau tunduk hatinya dan memeluk islam.
Jadi jika seseorang sudah yakin tentang LAA ILAHAILLAH, MUHAMMADAR ROSULULLAH (Tiada Tuhan kecuali Allah, dan nabi Muhammad utusan Allah) dan ingin memeluk islam maka jadilah ia seorang mualaf, dan kemudian dapat mendalami agama islam dengan berbagai cara, yang paling mudahnya dapat bertanya kepada saudara sesama muslim sehingga dapat beribadah dan bermuamalah secara baik. Sehingga tidak perlu bagi seorang mualaf untuk belajar islam di perguruan tinggi, tetapi jika berkeinginan kuliah mengenai islam itu lebih baik, tetapi tidak harus. Begitu juga untuk anak yg sudah akil baliq (sudah terkena syariat) dapat belajar dari orang tuanya mengenai syariat islam, lebih baik lagi di sekolahkan mengenai syariat islam.
Kita kembali lagi pada pertanyaan awal “ Apa sebaiknya yang di pelajari seorang islam pertama kali ?”. Saya jadi teringat ketika sekolah dulu, walaupun bandel untungnya saya masih mau di ajak ngaji dari habis magrib sampai isha, itu juga tidak setiap hari. Tidak menyangka waktu yang sangat sedikit itu sangat berguna dan bermanfaat bagi saya. Saya ingat sekali suatu hari ustad (guru ngaji) saya bertanya persis seperti pertanyaan di atas. “Apa sebaiknya yang di pelajari seorang islam pertama kali, baik mualaf, maupun anak2 yg akan akhil balig, atau kita2 yg sudah balig?”. Bermacam2 jawaban bermunculan, ada yang berkata : Sholat, Membaca Al-Quran, Bahasa arab, dsb. Ustad menjawab “ betul, itu semua memang harus di pelajari, tapi yang awal sekali di ajarkan ialah tauhid dan bersuci, biasanya di pesantren tauhid dan bersuci di ajarkan terlebih dahulu”. Memang kenapa harus seperti itu? Sambil masih mengerutkan kening, karena menurut kami jawaban kami sudah tepat. Ada yang berkata , bukankah sholat tiang agama, pembeda dari iman dan kafir, ibarat kepala bagi tubuh. Manusia tanpa kaki dan tangan masih hidup, tapi tanpa kepala tidak mungkin hidup, dan sebagainya. Ustad menjawab “Tetapi apa bisa di kata sholat juga tauhid nya tidak benar, tidak mengenal Allah.
Tauhid mengajarkan ke Maha Esaan dan KeMaha Besaran Allah swt baik dalam dzat, sifat, dan perbuatan. Jika tauhidnya baik setiap ibadahnya termasuk sholat pasti baik. Juga apakah sah sholatnya kalo tidak bisa bersuci secara baik”. Mmm betul juga ya, kalo nga bisa wudhu gimana mau sholat, ustad berkata lagi bersuci tidak hanya wudhu, itu hanya bagian dari bersuci, ada mandi junub, istinja, mengetahui berbagai macam najis dan cara menbersihkannya, dan masih banyak lagi. Kalo begitu kita mulai belajar tauhid kemudian bersuci, terus wudhu dan sholat. Nah kalo masalah tauhid sama bersuci ini sudah detail sekali, sudah banyak yang lupa, harus cari2 referensi dulu nih, ntar kalo dah ada di share lagi. Tambahan cerita setelah selesai belajar tauhid, bersuci, sholat, kami juga di ajarkan tajwid yang sangat membantu dalam pelajaran agama di sekolah karena sama persis, kemudian mulai belajar bahasa arab. Pertemuan pertama masih mirip tajwid tapi lebih susah, pertemuan kedua kami (murid-murid) sepakat untuk tidak belajar bahasa arab dulu karena merasa tidak mampu dan ke topik yang lain.